Kamis, 21 Juli 2016

PENTINGNYA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

PENTINGNYA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA



A. EFEKTIFITAS PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) merupakan program yang dilaksanakan oleh penyuluh Kantor KB, yang bertujuan meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penyuluhan Program KRR tersebut.
Jenis penelitian ini adalah studi evaluasi dengan model CIPP. Model ini dikembangkan oleh Daniel L Stufflebeam dari Ohio University Amerika Serikat dengan 4 sasaran penilaian yati penilaian konteks, input, proses dan produk.

Pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk mengumpulkan data berupa kata-kata dalam kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih dari sekedar angka atau jumlah. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang terkumpul tersebut kemudian dianalisa melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta diversifikasi untuk memperoleh kemantapan hasil.
Penilaian konteks berdasarkan pada latar belakang, tujuan, dan sasaran program. Penilaian input meliputi software (pelaksana program) dan hardware (dana dan sarana) yang digunakan dalam pelaksanaan program tersebut. Penilaian software menunjukkan bahwa 2 orang penyuluh KRR memenuhi kualifikasi dan sangat potensial sebagai pelaksana program yang baik. Dana program masih perlu ditingkatkan sedangkan sarana yang tersedia sudah cukup memadai.
Penilaian proses menunjukkan bahwa proses penyuluhan KRR sudah cukup baik, yaitu dengan memberikan informasi seputar kesehatan reproduksi dan masalah kenakalan remaja lainnya. Meskipun hasil yang diraih belum tercapai secara optimal, penilaian produk pada program KRR ini cukup baik dan bermanfaat untuk bekal remaja dalam kehidupannya kelak.
Meskipun dampak program pada perubahan perilaku peserta penyuluhan belum tercapai dengan baik, namun program KRR ini sudah mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi KRR bagi remajanya dan juga berdampak bagi penyuluh KRR sendiri. Untuk proses pengembangan dan perbaikan program KRR, sebaiknya pelaksana program mulai membenahi teknik komunikasi penyuluhan dan memanfaatkan sarana secara maksimal sehingga hasil yang dicapai juga meningkat. Kantor KB juga harus memperhatikan proses kontinyuitas penyuluhan KRR di sekolah.

B. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PENCEGAHAN DINI ATASI HIV / AIDS

Masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja masih terabaikan. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, aborsi tanpa peduli keselamatan jiwa. Sebagian remaja—berusia 14 hingga 24 tahun—pengetahuan mereka tentang resiko melakukan hubungan seks masih rendah. “Ini adalah realita yang terjadi di kalangan remaja sekarang. Kurangnya informasi mengenai seksualitas dan reproduksi menjadi pemicu terjadi kehamilan di luar nikah, aborsi dan memicu terserangnya HIV/AIDS”


 
Masalah HIV AIDS, sampai kini memang mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Padahal jika dipahami secara logis, HIV/AIDS bisa dengan mudah dihindari.
Permasalahan HIV/AIDS sejak lama, telah menjadi isu bersama yang terus menyedot perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Namun sesungguhnya masih banyak informasi dan pemahaman tentang permasalahan kesehatan ini yang masih belum diketahui lebih jauh oleh masyarakat.
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu. Sedangkan AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :
  • Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  • Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian(seperti pecandu Narkoba)
  • Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
  • Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
  1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
  5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
  1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  2. Dermatitis generalisata yang gatal
  3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
  4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
  1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
  2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
  3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
  4. Bayi yang ibunya positif HIV
Pendeteksian HIV AIDS perlu dilakukan Skrining Dengan Teknologi Modern, Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test antibodi.
Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi.
Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.
Jika seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya.Test HIV selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar