PENTINGNYA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
A.
EFEKTIFITAS PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Program
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) merupakan program yang dilaksanakan
oleh penyuluh Kantor KB, yang bertujuan meningkatkan pemahaman, sikap
dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi,
guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan
kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas
generasi mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penyuluhan Program KRR
tersebut.
Jenis
penelitian ini adalah studi evaluasi dengan model CIPP. Model ini
dikembangkan oleh Daniel L Stufflebeam dari Ohio University Amerika
Serikat dengan 4 sasaran penilaian yati penilaian konteks, input,
proses dan produk.
Pendekatan
kualitatif digunakan peneliti untuk mengumpulkan data berupa
kata-kata dalam kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih dari
sekedar angka atau jumlah. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang terkumpul tersebut
kemudian dianalisa melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan serta diversifikasi untuk memperoleh kemantapan hasil.
Penilaian
konteks berdasarkan pada latar belakang, tujuan, dan sasaran program.
Penilaian input meliputi software (pelaksana program) dan hardware
(dana dan sarana) yang digunakan dalam pelaksanaan program tersebut.
Penilaian software menunjukkan bahwa 2 orang penyuluh KRR memenuhi
kualifikasi dan sangat potensial sebagai pelaksana program yang baik.
Dana program masih perlu ditingkatkan sedangkan sarana yang tersedia
sudah cukup memadai.
Penilaian
proses menunjukkan bahwa proses penyuluhan KRR sudah cukup baik,
yaitu dengan memberikan informasi seputar kesehatan reproduksi dan
masalah kenakalan remaja lainnya. Meskipun hasil yang diraih belum
tercapai secara optimal, penilaian produk pada program KRR ini cukup
baik dan bermanfaat untuk bekal remaja dalam kehidupannya kelak.
Meskipun
dampak program pada perubahan perilaku peserta penyuluhan belum
tercapai dengan baik, namun program KRR ini sudah mampu memberikan
dampak positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya informasi KRR bagi remajanya dan juga
berdampak bagi penyuluh KRR sendiri. Untuk proses pengembangan dan
perbaikan program KRR, sebaiknya pelaksana program mulai membenahi
teknik komunikasi penyuluhan dan memanfaatkan sarana secara maksimal
sehingga hasil yang dicapai juga meningkat. Kantor KB juga harus
memperhatikan proses kontinyuitas penyuluhan KRR di sekolah.
B.
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PENCEGAHAN DINI ATASI HIV / AIDS
Masalah
kesehatan reproduksi dan seksualitas
remaja masih terabaikan. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus
kehamilan di luar nikah, aborsi tanpa peduli keselamatan jiwa.
Sebagian remaja—berusia 14 hingga 24 tahun—pengetahuan mereka
tentang resiko melakukan hubungan seks masih rendah. “Ini adalah
realita yang terjadi di kalangan remaja sekarang. Kurangnya informasi
mengenai seksualitas dan reproduksi menjadi pemicu terjadi kehamilan
di luar nikah, aborsi dan memicu terserangnya HIV/AIDS”
Permasalahan
HIV/AIDS sejak lama, telah menjadi isu bersama yang terus menyedot
perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Namun
sesungguhnya masih banyak informasi dan pemahaman tentang
permasalahan kesehatan ini yang masih belum diketahui lebih jauh oleh
masyarakat.
HIV
adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang
seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah
terinfeksi) dan air susu ibu. Sedangkan AIDS adalah sindrom
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang
mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena
sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke
orang lain melalui :
- Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
- Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian(seperti pecandu Narkoba)
- Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
- Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
Lebih
dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama
laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap
HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan
gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut
dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai
berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda
klinis penderita AIDS :
- Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
- Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala
minor :
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata yang gatal
- Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV
dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
- Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
- Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
- Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
- Bayi yang ibunya positif HIV
Pendeteksian
HIV AIDS perlu dilakukan Skrining Dengan Teknologi Modern,
Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi
yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim
imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test
antibodi.
Periode
waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.
Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi
dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan
bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk
mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi.
Maka,
jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah
kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3
bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu.
97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah
infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6
bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.
Jika
seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa
pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan
setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk
mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif
atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya.Test HIV
selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita
hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada
sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai
seawal mungkin pada masa kehamilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar